Washington, 9 April 2025 — Apple mengambil langkah strategis untuk mengurangi dampak dari tarif impor baru yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Dengan mengenakan tarif sebesar 54% untuk barang-barang dari China, Trump telah mendorong Apple untuk meningkatkan pengiriman iPhone dari India ke pasar Amerika Serikat.
Menurut laporan The Wall Street Journal, Apple akan mengalihkan sebagian besar produksi iPhone ke India sebagai respons terhadap tarif yang tinggi. Hal ini karena tarif impor dari India hanya sebesar 26%, jauh lebih rendah dibandingkan tarif dari China (54%), Vietnam (46%), dan Thailand (36%). Strategi ini memungkinkan Apple untuk mengurangi beban biaya dan tetap kompetitif di pasar AS.
Solusi Jangka Pendek Sambil Menunggu Keputusan Trump
Meski demikian, Apple belum berencana untuk melakukan perubahan besar terhadap rantai pasokannya. Perusahaan asal Cupertino itu memandang langkah ini sebagai solusi jangka pendek sambil terus berusaha membujuk Trump untuk memberikan pengecualian tarif terhadap produk-produknya.
CEO Apple, Tim Cook, sebelumnya berhasil memperoleh pengecualian selama masa jabatan pertama Trump. Namun, upaya serupa di periode ini belum membuahkan hasil.
Produksi iPhone di India Naik Tajam
Apple telah memperkuat operasionalnya di India selama beberapa tahun terakhir. Pada 2025, Apple diperkirakan akan memproduksi sekitar 25 juta unit iPhone di India, yang mencakup hampir 50% dari permintaan iPhone di pasar Amerika Serikat. Ini menjadi langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada China, terutama dalam situasi geopolitik dan ekonomi yang tidak menentu.
Risiko Kenaikan Harga dan Turunnya Saham
Tarif baru ini berpotensi memengaruhi harga jual iPhone secara signifikan. The Wall Street Journal menyebutkan bahwa iPhone 16 Pro yang sebelumnya dijual seharga USD 580 bisa naik hingga USD 850 jika seluruh beban tarif dibebankan ke konsumen.
Sementara Trump terus mendorong perusahaan teknologi seperti Apple untuk memproduksi perangkat di dalam negeri, Apple menyebut bahwa pemindahan produksi ke AS bukanlah solusi praktis saat ini. Tingginya biaya produksi dan minimnya tenaga kerja terampil menjadi alasan utama.
Di sisi lain, Apple telah mengumumkan rencana investasi sebesar USD 500 miliar di sektor manufaktur AS, termasuk pembangunan server untuk Apple Intelligence dan produk lainnya dengan permintaan yang lebih rendah.
Tekanan Harga dan Strategi Lain
Sebagai tambahan strategi menghadapi tarif, Apple mungkin akan menekan pemasok untuk mendapatkan harga komponen yang lebih rendah, menyerap sebagian biaya, atau bahkan menaikkan harga produknya. Namun, tekanan tarif telah berdampak nyata di pasar saham. Selama tiga hari terakhir, saham Apple turun hampir 20%, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi kerugian jangka pendek.
